Bismillahirrahmanirrahim
1. Pengertian
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart
& Laraia, 2001). Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai
secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan
distarsi/ kelainan berespon terhadap stimulus. (Mary C.T, 1998). Halusinasi
adalah gangguan sensori/persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar. (Maramis, 1998).Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami
seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksterna, persepsi
palsu. (Lubis, 1993). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca
indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti
suatu persepsi melalui pancaindera tanpa
stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien
mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata oleh pasien.
2. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor
penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor
Predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
a) Penelitian
pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa
zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran
ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan
klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial
Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor
Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan
halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan
putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres
Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres
yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Sumber
Koping
Sumber koping mempengaruhi respon
individu dalam menanggapi stresor.
3. Tanda
dan Gejala
a. Merasa
tidak mampu (HDR)
b. Putus
asa (tidak percaya diri)
c. Merasa
gagal (kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri)
d. Kehilangan
kendali diri (demoralisasi)
e. Merasa
mempunyai kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut
f. Merasa
malang (tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual)
g. Bertindak
tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan
h. Rendahnya
kemampuan sosialisasi diri
i.
Perilaku agresif
j.
Perilaku kekerasan
k. Ketidakadekuatan
pengobatan
4. Jenis-jenis
Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengarkan suara-suara/
kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang
jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk
kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau
kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghirup
Membaui bau-bauan tertentu seperti
bau darah, urine, feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensta.
d. Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau
feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati, atau orang lain.
f. Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti
aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
0 komentar:
Posting Komentar