Bismillahirrahmanirrahim
Tindakan
Keperawatan pada pasien halusinasi dengan cara melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan halusinasi. Penerapan standar asuhan
keperawatan halusinasi yang dilakukan oleh Carolina (2008) dalam Wahyuni (2010)
menunjukan bahwa dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dan juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Standar asuhan keperawatan
meliputi proses:
1. Pengkajian
a. Mengkaji
Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada
pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan,
dan 10% halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan
mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang
dialami oleh pasien.
b. Mengkaji
Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan
suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi yang dialami adalah
halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh pasien, bila
jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk
halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
c. Mengkaji
Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu,
frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien
tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan terjadinya
halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan jika pasien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu.
Bila mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi
halusinasi tersebut.
d. Mengkaji
Respon Terhadap Halusinasi
Untuk menentukan sejauh mana
halusinasi telah mempengaruhi pasien dapat dikaji dengan menanyakan apa yang
dilakukan oleh pasien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah pasien masih
dapat mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi.
2. Tindakan
Keperawatan pada Pasien Halusinasi
Tujuan tindakan untuk pasien
meliputi :
·
Pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya.
·
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
·
Pasien mengikuti program pengobatan
secara optimal.
Adapun
tindakan keperawatan secara umum :
a. Membantu
Pasien Mengenali Halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi, perawat dapat melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang
ini halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
perasaan pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih
Pasien Mengontrol Halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
1) Melatih
Pasien Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :
a) Menjelaskan
cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan
cara menghardik
c) Meminta
pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
pasien.
2) Melatih
Bercakap-cakap dengan Orang Lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat
juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melatih
Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi
muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal,
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa
membantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan
intervensi sebagai berikut :
a) Menjelaskan
pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
b) Mendiskusikan
aktivitas yang bisa dilakukan oleh pasien.
c) Melatih
pasien melakukan aktivitas
d) Menyusun
jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
e) Memantau
pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
4) Melatih
Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi
pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti
semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai
program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh
menggunakan obat:
a) Jelaskan
pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
b) Jelaskan
akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
c) Jelaskan
akibat bila putus obat
d) Jelaskan
cara mendapatkanm obat/ berobat
e) Jelaskan
cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, dan benar dosis).
3. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang
sudah Perawat lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Pasien
Mempercayai Perawatnya sebagai terapis, ditandai dengan:
1) Pasien
mau menerima perawat sebagai perawatnya
2) Pasien
mau menceritakan masalah yang dia hadapai kepada perawatnya, bahkan hal-hal
yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain.
3) Pasien
mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat tawarkan ditaati
oleh pasien.
b. Pasien
menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyeknya dan merupakan masalah yang
harus diatasi, ditandai dengan:
1) Pasien
mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.
2) Pasien
menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya.
3) Pasien
menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi.
4) Pasien
menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5) Pasien
menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminya
c. Pasien
dapat Mengontrol Halusinasi, ditandai dengan:
1) Pasien
mampu memperagakan empat cara mengontrol
halusinasi
2) Pasien
menerapkan empat cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik
halusinasi.
b) Berbicara
dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi.
c) Menyusun
jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada malam hari
selama tujuh hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara
mandiri.
d) Mematuhi
program pengobatan.
d. Keluarga
mampu merawat pasien dirumah, ditandai dengan:
1) Keluarga
mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
2) Keluarga
mampu menjelaskan cara merawat pasien dirumah.
3) Keluarga
mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
4) Keluarga
mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah pasien.
5) Keluarga
melaporkan keberhasilan merawat pasien (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay,
2009).