Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Barakallahu fikum

Selamat datang saudara-saudariku, memulai dengan basmalah yuk ,,, :-)

Gangguan Bicara Selektif Mutism

Bismillahirrahmanirrahim

"Mutism" berasal dari bahasa Latin "Mutus" yang berarti "membisu". Istilah ini awalnya ditemukan dalam literatur medis khusus tentang perkembangan bicara, yang mengemukakan "fenomena tidak mau bicara". Secara ilmiah, mutism itu suatu pertanda kebisuan pada manusia, meskipun organ pendengaran maupun organ bicaranya normal. Kondisi ini bersifat khas pada anak-anak dan jarang terjadi, dengan gejala tak mau bicara pada situasi tertentu. Anak-anak yang mutism bisa berbicara dengan lancar saat di rumah, tetapi pada situasi tertentu seperti di sekolah dia tidak mau berbicara. Hal inilah yang disebut mutism selektif.
Menurut terapis yang juga Direktur Klinik Klub Rumah Anak, dr Rosmadewi, mutism harus dibedakan dari autism atau gangguan mental lainnya. Syarat mutism adalah si anak tadinya sudah bisa bicara kemudian mogok bicara. "Kalau memang dari tadinya si anak tidak bisa bicara, maka itu tidak bisa dikategorikan mutism. Jadi sebelumnya si anak sudah bisa bicara kemudian karena suatu sebab dia tidak mau bicara atau hanya bicara pada orang-orang tertentu saja," ujarnya.
Banyak hal yang dapat menyebabkan anak jadi mogok bicara. Terkait mutism, Aspek psikologi sosial, yang mana anak mengalami masalah yang berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan pada situasi sosial seperti di lingkungan sekolah atau pada saat berkumpul dengan orang dewasa. Pada anak-anak yang memahami dan mampu berbahasa, umumnya dapat berbicara dengan normal dan rileks. Namun, 90 persen anak-anak dengan mutism mempunyai masalah dalam phobia sosial atau ketakutan yang teramat sangat, seperti pada waktu berbicara di depan kelas.
Anak-anak terkadang memang susah ditebak apa maunya. Ada anak yang menjadi sangat pendiam saat marah atau kesal pada orang tuanya. Lantas bagaimana membedakan diam yang biasa dengan diamnya anak mutism? Dr Elisa Shipon-Blum, Presiden Direktur Selective Mutism Anxiety Research and Treatment Center di Philadelphia, dalam www.selectivemutism.org mengemukakan beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan.
Anak mutism biasanya tidak mau berbicara di tempat-tempat tertentu, seperti sekolah. Dia juga tidak suka membicarakan hal yang ada hubungannya dengan fungsi sekolah atau kegiatan sosial lainnya. Perlu diketahui juga bahwa mutism tidak disebabkan karena gangguan komunikasi akibat irama kelancaran (seperti gagap) dan tidak disebabkan gangguan bicara karena gangguan mental (seperti autism). Kondisi mutism ini dapat menetap selama lebih dari satu bulan.
Kasus mutism rata-rata ditemukan pada anak usia 3-8 tahun. Pada kasus selektif mutism anak-anak, mereka mengalami ketakutan berlebih terhadap interaksi sosial di sekolah, taman latihan bermain, dan bersosialisasi. Anak dengan selektif mutism juga menjadi sangat cemas bila berbicara. Ketika anak tak ada respon, dia mengalami tekanan dan timbullah kecemasan. Selain itu, mereka biasanya sangat pemalu, dengan gejala-gejala seperti pendiam, wajah datar tanpa ekspresi dan tak ada senyum. Sedangkan gejala yang lainnya :
1.      Kesulitan untuk berbicara disituasi sosial tertentu, semisal sekolah.
2.      Gangguan berkomunikasi ini bisa terjadi lebih dari 1 bulan.
3.      Ekspresi wajah kosong saat gelisah
4.      Kurang tersenyum ketika cemas
5.      Merasa canggung jika gelisah
6.      Kesulitan kontak mata saat berinteraksi
7.      Membutuhkan waktu lebih lama dari orang lain  saat merespon pertanyaan
8.      Tidak nyaman pada kondisi bising, gaduh, ramai orang
9.      Over sensitif
Mengabaikan anak yang mengalami hal seperti ini bisa menciptakan perilaku yang mendarah daging dimana pada akhirnya si anak akan semakin kesulitan untuk berekspresi secara verbal. Jika tidak diobati hal ini akan mengganggu akademis si anak, kehidupan sosial dan perkembangan emosional seperti :
1.      Membentuk rasa cemas 
2.      Penarikan diri dari lingkungan sosial 
3.      Rasa rendah diri 
4.      Penolakan dan menurunnya hasil akademis/prestasi baik di sekolah ataupun dunia kerja 
5.      Obat-obatan 
6.      Kriminalisme 
7.      Bisa mendorong bunuh diri
Seseorang yang menyandang mutisme elektif sebaiknya tidak dipaksa untuk berbicara baik verbal maupun non verbal. Fokus “penyembuhkan” pada seseorang yang mengalami ini adalah menghilangkan kecemasan, meningkatkan percaya diri terutama di lingkungan sosial. Mungkin membuat mereka nyaman tanpa berharap banyak mereka untuk berbicara justru akan menimbulkan kenyamanan tersendiri mereka untuk berkomunikasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum. Untuk artikel mengenai selektif mutisme yg terjadi pada orang dewasa apakah ada? Mohon dipublikasikan, karena saya masih menderita selektif mutisme sampai umur 1/4 abad ini, dan ini sangat mengganggu kehidupan saya terutama dalam mencari pekerjaan. Tak ada 1 perusahaan pun yg mau menerima orang seperti saya, dan saya merasa sangat tertekan karena masih belum dapat menjadi manusia normal seutuhnya. Terima kasih.

Nurul Binti Zaenal Arifin mengatakan...

Wa'alaikumussalam, maaf sampai saat ini belum ada referensi lengkap terkait selektif mutism pada dewasa. Sekedar saran mungkin belajar bisa untuk membuka diri atau menceritakan hal-hal yang sekiranya ringan, minimal tersenyum juga bisa. Utarakan kepada teman yang terdekat dengan anda agar bisa membantu dlm berkomunikasi. Komunikasi butuh latihan terus-menerus,bukan hal yang mudah namun sangat bisa dilatih. Semoga segera membaik ,,,:)

Posting Komentar

Follow My Blog, :-)